Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Antara mursyid dan sahabat spiritualMursyid memiliki jarak dan struktur dengan para salik/murid. Seorang salik harus hormat kepada mursyid. Bahkan tidak disarankan seorang salik membantah mursyidnya karena hal itu bisa berarti pelanggaran.
Perkataan dan tindakan salik harus dikontrol, ketersinggungan mursyid terhadap salik bisa mendatangkan konsekuensi, bergantung pada aturan tarekat yang mereka ikuti.
Sahabat spiritual boleh jadi tidak memiliki jarak dan struktur. Sama-sama salik atau mursyid. Hubungan di antara satu sama lain bisa jadi selevel, namun bisa jadi juga terbentuk struktur, terutama jika salah seorang di antaranya berproses lebih menonjol sebagai senior dan lebih efektif memberi kearifan.
Tidak tertutup kemungkinan, seorang mursyid sekaligus sebagai sahabat spiritual, seperti lazim terjadi pada seorang guru yang juga menjadi teman muridnya. Hal itu bergantung pendekatan sang guru atau murid tersebut.
Pengalaman sejumlah mursyid yang terangkum dalam Jami’ Karamat al-Auliya’ karya Syekh Yusuf bin Islamil An-Nabhan, menunjukkan sahabat spiritual tak mesti manusia yang hidup, tetapi juga bisa mereka yang sudah meninggal dunia.
Roh para nabi dan auliya’ diyakini sejumlah ulama dapat berkomunikasi dengan orang hidup, seperti pengalaman Imam Al-Gazali dan Ibnu Arabi. Salah satu pernyataan muncul dari seorang sufi bahwa alangkah miskinnya seorang murid jika gurunya hanya orang-orang hidup. Ini artinya, sumber informasi spiritual boleh jadi berasal dari makhluk lain.
Dalam dunia tasawuf, Tuhan mempunyai banyak alam lain selain alam dunia atau bumi kita ini. Di kenal juga ada alam malakut dan alam jabarut. Setiap alam Tuhan itu mempunyai penghuni suci seperti halnya bumi ini. Orang-orang yang memiliki kebersihan dan kejernihan spiritual dianggap memiliki kemampuan untuk "bersahabat” dan berkomunikasi dengan para penghuni alam-alam tersebut.
Sekiranya ini benar, pantas banyak sekali ulama atau sufi yang memiliki kemampuan spiritual atau supernatural yang memahami sejumlah rahasia dan misteri alam ini.
Pengalaman dalam Alquran dan hadits
Kalangan sufi sering mengilustrasikan persahabatan spiritual ini dengan pengalaman sejumlah tokoh di dalam Alquran, seperti kisah Nabi Musa dan Khidhir. Musa dengan kedudukannya sebagai nabi masih merasakan adanya kesusahan dan keletihan dalam menjalani perjalanan hidupnya: "Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” (QS Al-Kahfi: 62).
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/02/28/m03gt5-mengapa-persahabatan-spiritual-penting-2
0 komentar:
Posting Komentar