Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Seperti disebutkan dalam Alquran, "Dan Allah memiliki Asma’ul Husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna itu."(QS Al-A’raf: 180).
Nama-nama inilah yang pertama kali diajarkan oleh Allah SWT kepada Adam, yang membuat malaikat takjub kepadanya.
Dalam Alquran disebutkan, "Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’ Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’.” (QS Al-Baqarah: 31-32).
Tentang rahasia nama-nama indah Allah akan dibahas dalam suatu artikel tersendiri yang akan datang. Manifestasi Maqam Ahadiyah ke Maqam Wahidiyyah diterangkan dalam hadis Qudsi bahwa: "Aku pada mulanya harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal maka kuciptakanlah makhluk dan melalui Aku mereka pun kenal pada-Ku.”
Dalam beberapa kitab tasawuf dijelaskan ketika Allah sedang menyadari diri-Nya (subject conciusness) maka saat itu muncul subjek dan objek dan muncul determinasi (mu’ayyan), manifestasi, spesifikasi. Ketika itu Al-Haq tanazul (descended) dari kemutlakan-Nya menjadi partikularisasi.
Ada yang sadar, ada yang disadari meskipun subjek dan objek itu masih tetap satu atau tunggal. Namun, ketunggalan di sini oleh Ibnu Arabi disebut Ahadiyyah al-Wahid, yaitu ketunggalan relatif atau ketunggalan dari yang banyak. Berbeda di level Ahadiyyah, Allah betul-betul berada dalam ketunggalan atau keesaan mutlak sehingga disebut Ahadiyyah al-Ahad.
Meskipun dibedakan antara Maqam Ahadiyyah dan Maqam Wahidiyyah, keduanya tidak bisa dipisahkan. Satu wujud eksistensi dan yang lainnya haqiqah (reality), ‘ain (entity), sya’i (thing), dan ma’lum (pengetahuan Ilahi). Wujud dalam diri-Nya sendiri dalam level Ahadiyyah tidak dapat didefinisikan dan diketahui (unknowable).
Sedangkan di level Wahidiyyah ialah wujud yang dapat diketahui melalui realitas yang termanifestasikan oleh atau sejauh yang ditentukan dan didefinisikan oleh diri-Nya sendiri. Wujud Yang Mahatinggi memang tidak tampak pada diri-Nya sendiri, tetapi menyebabkan segala sesuatu selain diri-Nya menjadi tampak.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/03/12/m0qw83-maqam-ahadiyyah-dan-wahidiyyah-2
0 komentar:
Posting Komentar