الهى انت مقصؤ دئ ؤ رضاك مطلؤ ب اعطنى محبتك و معرفتك

Engkaulah Tujuanku, keridhoan Engkau sajalah yang kuharapkan, berikan aku cinta untuk mengenal-MU lebih sempurna


Rabu, 03 Januari 2018

Haruskah Salik Menjalani Baiat? (3-habis)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Baiat di sini bukan baiat politik seperti Baiat Aqabah kaum Anshar atau baiat sebagai tanda pengakuan kekuasaan terhadap seorang pemimpin. 

Ini adalah baiat spiritual yang di mana seseorang atau kelompok orang menyatakan janji suci kepada Allah untuk hidup sebagai orang yang saleh/salehah di depan  mursyidnya.

Pertanyaan yang mendasar tentang baiat ini, mestikah seseorang dibaiat? Bagaimana dengan orang-orang yang memilih hidup di luar tarekat, yang di sana tidak umum dikenal ada baiat atau talqin? Apakah keislaman tidak sempurna tanpa baiat atau talqin? Tidak ada kesepahaman para ulama tentang wajibnya baiat.

Umumnya mereka menganggapnya sebagai hal yang lumrah, bukan sesuatu yang wajib. Baiat lebih merupakan pernyataan komitmen spiritual secara formal di depan mursyid untuk menjalani hidup benar dan menghindarkan diri dari kehidupan dosa dan maksiat. Baiat dapat menjadi shock theraphy dan memberikan motivasi berkomitmen dalam kehidupan yang benar.

Baiat di dunia tarekat bisa diperbarui seandainya seseorang memerlukan pengisian kembali (recharging) energi spiritual dari mursyid. Namun perlu ditegaskan sekali lagi, bahwa mursyid bukan santo atau lembaga pastoral yang dapat atas nama Tuhan memberikan pengampunan dosa terhadap jamaah.

Fungsi mursyid sebagaimana telah diuraikan dalam artikel terdahulu hanya berfungsi sebagai motivator dan tutor yang dipercayai salik. Banyak cara orang untuk memperoleh ketenangan dan sekaligus motivasi untuk menggapai rasa kedekatan diri dengan Tuhan. Salah satu di antaranya ialah menyatakan komitmen spiritual kepada Tuhan di depan atau melalui mursyid yang dipilih.

Jika pada suatu saat mengalami krisis spiritual, ia merasa sangat terbantu oleh kehadiran sahabat spiritual yang berfungsi sebagai konsultan spiritualnya. Tentu, sekali lagi bukan memitoskan atau mengultuskan seseorang. Tetapi secara psikologis, setiap orang pada dasarnya membutuhkan referensi personal untuk mengatasi kelabilan hidupnya.   

Dengan demikian, wajar jika para murid atau salik menyatakan komitmen spiritualnya dalam bentuk baiat kepada mursyidnya. Ini bukan bid’ah karena memiliki dasar yang kuat dalam Alquran dan hadits. Namun tidak berarti bagi mereka yang tidak pernah menjalani baiat, keislamannya bermasalah, sebab baiat bukan sesuatu yang wajib.

Tidak ada alasan bagi mereka yang pernah dibaiat mengklaim dirinya lebih mulia daripada yang lain karena yang paling mulia di sisi Allah SWT ialah orang yang paling bertakwa.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/02/29/m055hq-haruskah-salik-menjalani-baiat-3habis

0 komentar: