الهى انت مقصؤ دئ ؤ رضاك مطلؤ ب اعطنى محبتك و معرفتك

Engkaulah Tujuanku, keridhoan Engkau sajalah yang kuharapkan, berikan aku cinta untuk mengenal-MU lebih sempurna


Rabu, 15 Oktober 2008

BEKERJA DENGAN CINTA

Seorang pembajak sawah ikut bicara,”Beritahukanlah kepada kami tentang bekerja.”

Maka al Mustafa menjawab,”Engkau bekerja agar dapat seiring sejalan dengan bumi dan jiwa bumi. Sebab berpangku tangan membuat kalian menjadi orang asing bagi musim, dan terusir dari kafilah kehidupan yang berjalan dengan kemuliaan dan kebanggaan menuju keabadian.
Ketika bekerja, engkau menjelma menjadi seruling yang mengalunkan simphoni merdu dari dalam jiwa. Siapakah di antara kalian yang sudi menjadi buluh, yang sepi dan dungu, ketika yang lain menyanyikan lagu dalam harmoni?

Kalian sering mendengar orang berkata bahwa bekerja adalah kutukan dan menjadi pekerja merupakan musibah.

Namun kukatakan bahwa ketika kalian bekerja berarti kalian sedang memenuhi impian dunia, yang akan terus menuntut kapan impian itu terwujud.

Dengan bekerja berarti engkau mencintai kehidupan. Dan dengan mencintai pekerjaan berarti engkau menyelami rahasia kehidupan yang paling tersembunyi.

Namun apabila dalam penderitaan, kalian menganggap kelahiran sebagai kasih sayang dan bekerja adalah kutukan yang telah digariskan, maka aku menjawab bahwa bekerja adalah keringat yang mengalir di kening untuk menghapus kutukan yang tertulis.

Engkau telah pula diberitahu bahwa hidup adalah kegelapan, dan dalam kekhawatiran engkau menggemakan kembali apa yang telah dikatakan oleh kecemasanmu.

Maka aku katakan bahwa hidup memang kegelapan bila tidak disertai dengan harapan dan keinginan. Semua harapan dan keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan. Dan semua pengetahuan pada hakekatnya sia-sia, apabila tidak bekerja. Pun semua pekerjaan hakikatnya tiada guna apabila tanpa cinta.

Apabila engkau bekerja dengan cinta, maka berarti engkau menyatukan dirimu dengan diri yang lain, juga dengan Tuhan.

Lalu apa maksud bekerja dengan cinta? Apabila kalian menenun pakaian dengan benang yang diambil dari hatimu, seolah-olah kekasihmulah yang akan memakai pakaian itu. Atau seperti membangun rumah dengan batu-batu dari jantungmu, seolah-olah belaian jiwamulah yang akan menempati rumah itu.

Bekerja pada hakekatnya sama dengan menebarkan benih dengan penuh kelembutan, dan memanennya dengan rasa syukur. Seolah orang yang paling engkau kasihilah yang akan menikmati hasilnya. Sama seperti engkau memberi pakaian dengan seluruh tarikan nafas dan jiwamu. Dengan demikian para arwah yang telah tiada akan menyertai dan memandangimu.

Sering aku mendengar kalian berkata, seolah sedang mengigau dalam tidur,”Siapa yang bekerja dengan pualam, dan menemukan bayangannya sendiri pada bebatuan, lebih terhormat daripada ia yang membajak sawah. Dan ia yang mengatur pelangi agar bisa diletakkan pada pakaian yang disukai manusia, melebihi ia yang membuat sepatu bagi kaki kita.

Namun aku katakan, tidak dalam terlelap melainkan dalam keterjagaan siang, bahwa tiupan angin pada pohon oak tidak lebih sejuk daripada tiupan pada rumput. Hanya Dia Yang Agung yang mampu menggubah suara angin menjadi simphoni merdu dengan cintaNya.

Kerja membuat cinta menjadi nyata. Jika engkau tidak bisa bekerja dengan cinta namun hanya dengan kegetiran, lebih baik bagimu meninggalkan pekerjaan lalu duduk di depan gerbang kuil untuk meminta sedekah dari orang yang bekerja dengan senang hati.

Sebab apabila engkau memanggang roti tidak sepenuh hati, akan menghasilkan roti pahit yang hanya mengatasi setengah rasa lapar. Dan jika engkau tidak sepenuh hati menggiling anggur, maka pekerjaanmu hanya akan menghasilkan anggur beracun. Pun jika engkau bernyanyi untuk para bidadari, sedang engkau sama sekali tidak menyukai lagunya, engkau hanya menyumbat telinga manusia dari alunan suara siang dan malam.