Aku adalah hak Allah
Kembaliku kapada Allah
Apa yang akan aku kembalikan?
Nyawaku beserta Tubuhku
Kapan aku kembalikan?
Dari dunia hingga ke akhirat
Dari hidup hingga aku mati
Dari awal hingga akhir
Innalillahi wa inna ilahi raji’un
Dari ALLAH aku berasal, kepada ALLAH aku kembali
La haula wa la kuwwata illa billahih aliyil aziim
Tidalah dayaku menolak kemungkaran, dan tiadalah upayaku untuk meraih kebaikan, kecuali atas kehendak Allah
Senin, 21 Februari 2011
Rabu, 16 Februari 2011
Makrifatullah
ilaahi antal maksudi waridhoka mathlubi a'thini mahabatkha wa makrifataka.....
"ya Allah hanya Engkaulah yg ku maksud, dan hanya keridhoan Engkau sajalah yg aku cari, berilah aku cinta untuk mengenal-Mu lebih sempurna"
Perbedaan itu!
Agar tidak ada keluh kesah "terpaksa"
kita mesti membiasakan untuk mampu berempati...
Kita tahu kita berada dalam satu lingkungan keluarga/organisasi/institusi
untuk satu tujuan bersama..
Kadang perbedaan mindset, paradigma dan jalan yang ditempuh..
membentuk kelelahan fisik dan kelelahan psikis,..
bahkan sampai ketingkat keputus asaan
mestikah dampak dari energi negatif itu akibat
berbagai ragam perbedaan tersebut
membuat kita memilih untuk tidak lagi terlibat?
bahkan meninggalkannya?
adanya kita adalah untuk mengadakan perubahan
walaupun kecil, karena...
tidak mungkin perubahan besar akan terjadi..
jika tidak dimulai dari perubahan yang kecil-kecil
Tetap dalam semangat, melakukan yang terbaik untuk hasil terbaik!
walaupun mindset, paradigma, dan jalan yang ditempuh..
terdapat banyak perbedaan,..
pasti ada yang bisa kita samakan dalam pencapaian
tujuan bersama
Semoga bermanfaat!
kita mesti membiasakan untuk mampu berempati...
Kita tahu kita berada dalam satu lingkungan keluarga/organisasi/institusi
untuk satu tujuan bersama..
Kadang perbedaan mindset, paradigma dan jalan yang ditempuh..
membentuk kelelahan fisik dan kelelahan psikis,..
bahkan sampai ketingkat keputus asaan
mestikah dampak dari energi negatif itu akibat
berbagai ragam perbedaan tersebut
membuat kita memilih untuk tidak lagi terlibat?
bahkan meninggalkannya?
adanya kita adalah untuk mengadakan perubahan
walaupun kecil, karena...
tidak mungkin perubahan besar akan terjadi..
jika tidak dimulai dari perubahan yang kecil-kecil
Tetap dalam semangat, melakukan yang terbaik untuk hasil terbaik!
walaupun mindset, paradigma, dan jalan yang ditempuh..
terdapat banyak perbedaan,..
pasti ada yang bisa kita samakan dalam pencapaian
tujuan bersama
Semoga bermanfaat!
Hubungan Maksiat dengan Bencana Alam
Secara tekstual mungkin kita menganggap “cayah” judul tersebut, karena sering kita mendengar hanya sekedar ungkapan klise dan ceramah yang menakuti-nakuti saja ketika seorang da’i mengatakan “Perbuatan maksiat akan mendatangkan bencana, maka segeralah kita kembali kepada perintah Tuhan”
Benarkah hanya ungkapan klise?, mari kita bedah bersama…!
1. Perbuatan maksiat lahir dari keinginan untuk memiliki kesenangan, sehingga untuk memenuhi keinginan tersebut, banyak yang menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkan materi untuk membeli kesenangan.
2. Cara cepat dan mudah untuk mendapatkan materi tersebut dilakukan dengan meng-ekploitasi alam dan lingkungan serta hewan bahkan juga manusia itu sendiri.
3. Alam punya sistem yang kita kenal dengan ekosistem alam, jika perbuatan meng-eksploitasi alam dilakukan secara massif dan sistemik, maka keseimbangan ekosistem alam akan terganggu. Contoh nyata yang bisa kita amati adalah; ketika pohon-pohon kayu di hutan ditebangi secara massif dan sistemik, maka sub sistem dari ekosistem alam akan goyah, sehingga tanah tak mampu lagi menahan laju air hujan yang turun ke bumi, maka kekuatan air tidak bisa lagi dikendalikan oleh bumi dan terjadilah banjir, longsor dan ”galodo”.
4. Hutan-hutan yang telah digunduli, juga mengganggu sistem kontrol angin, sehingga kekuatan laju angin pun tak bisa lagi dikontrol oleh tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan badai yang menghancurkan segala yang tegak berdiri diatas bumi.
5. Air, dan angin sudah berubah menjadi tak terkendali, karena satu sub sistem telah terganggu. Bumi tak lagi dilindungi oleh tumbuh-tumbuhan dan bumi pun menjadi panas. Ketika energi panas bumi telah mencapai ambang batas maka akan terjadi kejutan-kejutan didalam perut bumi atau lempengan bumi dan menimbulkan yang namanya Gempa Bumi..
6. Ketika bumi panas, lapisan ozon pun menguap dan menipis, maka terjadilah ”Pemanasan Global”.
7. Ketika secara makro terjadi ”Pemanasan Global”, kutub utara/selatan pun terinjeksi, dan mencairlah es pada kutub tersebut. Permukaan air laut menjadi naik.
8. Bumi menanti tenggelam
Tuhan, menciptakan segala sesuatu dengan sistem yang memiliki struktur sub sistem-sub sistem yang rapi. Jika satu sub-sistem tersebut hilang keseimbangan maka sub-sistem lain akan goyah.
Jadi benar firman Tuhan dalam QS.30. Ar Ruum:41
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS.30.Ar Ruum:41)
Allah SWT, adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, jadi mustahil Allah akan merusak sendiri ciptaan-Nya termasuk juga alam semesta raya ini yang di ciptakan Tuhan untuk segala Makhluk Hidup dan diamanahkan kepada Manusia untuk menjaga sistem dan sub-sistemnya, karena Tuhan sendiri yang telah mengeluarkan ”statement” Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS.2. Al Baqarah:30)
Sebagai seorang Khalifah, manusia dikarunia oleh Tuhan (Apektif, Kognitif dan Psikomotorik) untuk menjaga, memeilihara, dan mengelola bumi ini dengan baik dan bijak.
Tuhan juga telah mengingatkan kepada manusia agar tidak melakukan eksploitasi terhadap manusia dan bumi
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan (QS. 26. Asy Syu'araa':183)
Kisah Nabi Shaleh. A.S
QS. 26. Asy Syu'araa':141-152
141. Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul.
142. Ketika saudara mereka, Shaleh, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?
143. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,
144. maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
145. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.
146. Adakah kamu akan dibiarkan tinggal disini (di negeri kamu ini) dengan aman,
147. di dalam kebun-kebun serta mata air,
148. dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut.
149. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin;
150. maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;
151. dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas,
152. yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan."
Kenapa tangan-tangan manusia suka melakukan kerusakan di laut dan di daratan?
Jawabannya hanya singkat: karena manusia menginginkan materi untuk bisa membeli kesenangan hidup di dunia.
Jika begitu adanya, maka kapitalisme dan liberalisme yang melahirkan budaya konsumerisme dan gaya hidup serba instan, telah merusak tatanan laut dan daratan (bumi)
Rusaknya ekosistem bumi hari ini adalah investasi kezaliman dari generasi terdahulu dan..... Kerusakan bumi dimasa yang akan datang adalah invenstasi kezaliman dari generasi yang hidup saat ini.
Akankah kita biarkan kita dan keturunan kita, sengsara, menderita dan teraniaya oleh tangan-tangan kita yang suka meng-eksploitasi bumi...?
Perbuatan Maksiat adalah ”bug” dan virus bagi keseimbangan ekosistem bumi, dan jika tak segera di format dan install ulang maka virus-virus tersebut akan terus menggerogoti registry sistem bumi. Kalau sudah begitu kita semua hanya akan menunggu bencana yang lebih besar saja dari yang telah sudah-sudah kita alami. Huwallahu’alam
Bagaimana pendapat anda...?
Benarkah hanya ungkapan klise?, mari kita bedah bersama…!
1. Perbuatan maksiat lahir dari keinginan untuk memiliki kesenangan, sehingga untuk memenuhi keinginan tersebut, banyak yang menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkan materi untuk membeli kesenangan.
2. Cara cepat dan mudah untuk mendapatkan materi tersebut dilakukan dengan meng-ekploitasi alam dan lingkungan serta hewan bahkan juga manusia itu sendiri.
3. Alam punya sistem yang kita kenal dengan ekosistem alam, jika perbuatan meng-eksploitasi alam dilakukan secara massif dan sistemik, maka keseimbangan ekosistem alam akan terganggu. Contoh nyata yang bisa kita amati adalah; ketika pohon-pohon kayu di hutan ditebangi secara massif dan sistemik, maka sub sistem dari ekosistem alam akan goyah, sehingga tanah tak mampu lagi menahan laju air hujan yang turun ke bumi, maka kekuatan air tidak bisa lagi dikendalikan oleh bumi dan terjadilah banjir, longsor dan ”galodo”.
4. Hutan-hutan yang telah digunduli, juga mengganggu sistem kontrol angin, sehingga kekuatan laju angin pun tak bisa lagi dikontrol oleh tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan badai yang menghancurkan segala yang tegak berdiri diatas bumi.
5. Air, dan angin sudah berubah menjadi tak terkendali, karena satu sub sistem telah terganggu. Bumi tak lagi dilindungi oleh tumbuh-tumbuhan dan bumi pun menjadi panas. Ketika energi panas bumi telah mencapai ambang batas maka akan terjadi kejutan-kejutan didalam perut bumi atau lempengan bumi dan menimbulkan yang namanya Gempa Bumi..
6. Ketika bumi panas, lapisan ozon pun menguap dan menipis, maka terjadilah ”Pemanasan Global”.
7. Ketika secara makro terjadi ”Pemanasan Global”, kutub utara/selatan pun terinjeksi, dan mencairlah es pada kutub tersebut. Permukaan air laut menjadi naik.
8. Bumi menanti tenggelam
Tuhan, menciptakan segala sesuatu dengan sistem yang memiliki struktur sub sistem-sub sistem yang rapi. Jika satu sub-sistem tersebut hilang keseimbangan maka sub-sistem lain akan goyah.
Jadi benar firman Tuhan dalam QS.30. Ar Ruum:41
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS.30.Ar Ruum:41)
Allah SWT, adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, jadi mustahil Allah akan merusak sendiri ciptaan-Nya termasuk juga alam semesta raya ini yang di ciptakan Tuhan untuk segala Makhluk Hidup dan diamanahkan kepada Manusia untuk menjaga sistem dan sub-sistemnya, karena Tuhan sendiri yang telah mengeluarkan ”statement” Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS.2. Al Baqarah:30)
Sebagai seorang Khalifah, manusia dikarunia oleh Tuhan (Apektif, Kognitif dan Psikomotorik) untuk menjaga, memeilihara, dan mengelola bumi ini dengan baik dan bijak.
Tuhan juga telah mengingatkan kepada manusia agar tidak melakukan eksploitasi terhadap manusia dan bumi
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan (QS. 26. Asy Syu'araa':183)
Kisah Nabi Shaleh. A.S
QS. 26. Asy Syu'araa':141-152
141. Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul.
142. Ketika saudara mereka, Shaleh, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?
143. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,
144. maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
145. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.
146. Adakah kamu akan dibiarkan tinggal disini (di negeri kamu ini) dengan aman,
147. di dalam kebun-kebun serta mata air,
148. dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut.
149. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin;
150. maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;
151. dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas,
152. yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan."
Kenapa tangan-tangan manusia suka melakukan kerusakan di laut dan di daratan?
Jawabannya hanya singkat: karena manusia menginginkan materi untuk bisa membeli kesenangan hidup di dunia.
Jika begitu adanya, maka kapitalisme dan liberalisme yang melahirkan budaya konsumerisme dan gaya hidup serba instan, telah merusak tatanan laut dan daratan (bumi)
Rusaknya ekosistem bumi hari ini adalah investasi kezaliman dari generasi terdahulu dan..... Kerusakan bumi dimasa yang akan datang adalah invenstasi kezaliman dari generasi yang hidup saat ini.
Akankah kita biarkan kita dan keturunan kita, sengsara, menderita dan teraniaya oleh tangan-tangan kita yang suka meng-eksploitasi bumi...?
Perbuatan Maksiat adalah ”bug” dan virus bagi keseimbangan ekosistem bumi, dan jika tak segera di format dan install ulang maka virus-virus tersebut akan terus menggerogoti registry sistem bumi. Kalau sudah begitu kita semua hanya akan menunggu bencana yang lebih besar saja dari yang telah sudah-sudah kita alami. Huwallahu’alam
Bagaimana pendapat anda...?
Kamis, 10 Februari 2011
Fase ku Mengenal-MU
Ketika masih kanak-kanak guru mengajiku dan guru agamaku di Sekolah Dasar mengenalkan MU kepadaku, KAU sangat baik sekali, selalu memberi hadiah berupa pahala bagi yang rajin mendatangimu di lima waktu.
Menginjak usia remaja, aku mengenal-MU bukan lagi yang baik hati, tapi seram dan sangar. Setiap yang kulakukan KAU ancam aku dengan neraka, aku sangat ketakutan. Kebencianku bercampur harap akan kebaikan-MU sewaktu ku kanak-kanak dulu. Akhirnya aku sering ambil muka dan menjilat kepada-MU agar ancaman-MU tak berlaku untukku.
Ketakutanku kepada MU membuatku ingin mencari tahu “siapa sih KAMU??” dan aku pun mulai menemukan serpihan-serpihan informasi tentang MU
Ketika usiaku menginjak dewasa, keingin tahuan ku semakin menggelora, kucari informasi sebanyak-banyaknya perihal diri MU, dan akupun mulai berguru kepada orang yang telah duluan mengenal MU.
Aku diberitahu dengan satu kalimat “Awaluddin Makrifatullah” dan guruku menjelaskan “awal mula beragama itu mengenal akan ALLAH”, tak adalah gunanya ambil muka, menjilat sambil berharap pahala dan syurga jika tidak mengenal akan ALLAH, dan untuk apa setiap hari dalam ketakutan akan dosa dan neraka jika tidak kenal siapa ALLAH. Andaikan syurga dan neraka tidak ada, kau sudah sakarat dengan pengharapan dan ketakutan mu sendiri. Pahala dan Dosa, Syurga dan Neraka hanyalah simbol sugesti dan motivasi, kadar ketuhanan ALLAH tak akan berkurang jika kamu tak tunduk pada NYA
Bagaimana caranya guru, tanyaku?
Guruku mejelaskan: jika kamu ingin mengenal ALLAH, maka kenalilah Perbuatan ALLAH (fi’il), Kenalilah Asma Allah, kenalilah Sifat Allah, dan Kenalilah Dzat Allah. Jika sudah terintegrasi pengenalanmu akan ALLAH, maka kau akan tahu apa yang diinginkan ALLAH terhadapmu, dan suka atau tidak, terpaksa atau ikhlas kau tunduk dalam ke MAHA KUASA an ALLAH. Gerak nafasmu turun naik, seluruh organ tubuhmu dari yang besar sampai yang paling kecil berlari mengejar kerinduan kepada ALLAH.
Maka, lanjut guruku “man arafa nafsahu faqad’arafa rabbahu” siapa yang mengenal akan dirinya maka dia akan mengenal siapa Tuhan nya. Dengan begitu kau akan tahu apa yang diinginkan Tuhanmu terhadapmu.
Perlahan aku “cincang” diriku, mulai dari aspek “hardware” (zahir) sampai ke aspek “software” (bathin), dan kutemukan “driver” yang cocok serta aplikasi yang mudah untuk menjalankan misi diriku.
aku mulai mengubah cara pandangku. Aku tak berharap lagi pahala dari MU dan tidak takut lagi ancaman neraka MU. Tak perlulah aku ambil muka kepada MU, karena KAU kan Maha mengetahui yang tampak (zahir) dan yang tersembunyi (bathin).
Aku hanya berharap CINTA-MU.... tak cukup hanya 5 waktu yang KAU tentukan untuk kencan dengan MU, aku ingin mengencani MU sepenuh waktu, aku merindukan MU wahai Kekasihku, wahai pujaanku, aku rindu pelukan CINTA dan kasih sayang MU.
Menginjak usia remaja, aku mengenal-MU bukan lagi yang baik hati, tapi seram dan sangar. Setiap yang kulakukan KAU ancam aku dengan neraka, aku sangat ketakutan. Kebencianku bercampur harap akan kebaikan-MU sewaktu ku kanak-kanak dulu. Akhirnya aku sering ambil muka dan menjilat kepada-MU agar ancaman-MU tak berlaku untukku.
Ketakutanku kepada MU membuatku ingin mencari tahu “siapa sih KAMU??” dan aku pun mulai menemukan serpihan-serpihan informasi tentang MU
Ketika usiaku menginjak dewasa, keingin tahuan ku semakin menggelora, kucari informasi sebanyak-banyaknya perihal diri MU, dan akupun mulai berguru kepada orang yang telah duluan mengenal MU.
Aku diberitahu dengan satu kalimat “Awaluddin Makrifatullah” dan guruku menjelaskan “awal mula beragama itu mengenal akan ALLAH”, tak adalah gunanya ambil muka, menjilat sambil berharap pahala dan syurga jika tidak mengenal akan ALLAH, dan untuk apa setiap hari dalam ketakutan akan dosa dan neraka jika tidak kenal siapa ALLAH. Andaikan syurga dan neraka tidak ada, kau sudah sakarat dengan pengharapan dan ketakutan mu sendiri. Pahala dan Dosa, Syurga dan Neraka hanyalah simbol sugesti dan motivasi, kadar ketuhanan ALLAH tak akan berkurang jika kamu tak tunduk pada NYA
Bagaimana caranya guru, tanyaku?
Guruku mejelaskan: jika kamu ingin mengenal ALLAH, maka kenalilah Perbuatan ALLAH (fi’il), Kenalilah Asma Allah, kenalilah Sifat Allah, dan Kenalilah Dzat Allah. Jika sudah terintegrasi pengenalanmu akan ALLAH, maka kau akan tahu apa yang diinginkan ALLAH terhadapmu, dan suka atau tidak, terpaksa atau ikhlas kau tunduk dalam ke MAHA KUASA an ALLAH. Gerak nafasmu turun naik, seluruh organ tubuhmu dari yang besar sampai yang paling kecil berlari mengejar kerinduan kepada ALLAH.
Maka, lanjut guruku “man arafa nafsahu faqad’arafa rabbahu” siapa yang mengenal akan dirinya maka dia akan mengenal siapa Tuhan nya. Dengan begitu kau akan tahu apa yang diinginkan Tuhanmu terhadapmu.
Perlahan aku “cincang” diriku, mulai dari aspek “hardware” (zahir) sampai ke aspek “software” (bathin), dan kutemukan “driver” yang cocok serta aplikasi yang mudah untuk menjalankan misi diriku.
aku mulai mengubah cara pandangku. Aku tak berharap lagi pahala dari MU dan tidak takut lagi ancaman neraka MU. Tak perlulah aku ambil muka kepada MU, karena KAU kan Maha mengetahui yang tampak (zahir) dan yang tersembunyi (bathin).
Aku hanya berharap CINTA-MU.... tak cukup hanya 5 waktu yang KAU tentukan untuk kencan dengan MU, aku ingin mengencani MU sepenuh waktu, aku merindukan MU wahai Kekasihku, wahai pujaanku, aku rindu pelukan CINTA dan kasih sayang MU.
Kesudahan Jalan
Istilah Ma'rifat berasal dari kata "Al-Ma'rifah"yang berarti mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan pengamalan Tasawuf, maka istilah ma'rifat di sini berarti mengenal Allah ketika Shufi mencapai maqam dalam Tasawuf.
Kemudian istilah ini dirumuskan definisinya oleh beberapa Ulama Tasawuf; antara lain:
a. Dr. Mustafa Zahri mengemukakan salah satu pendapat Ulama Tasawuf yang mengatakan:
"Marifat adalah ketetapan hati (dalam mempercayai hadirnya) wujud yang wajib adanya (Allah) yang menggambarkan segala kesempurnaannya."
b. Asy-Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Kadiriy mengemukakan pendapat Abuth Thayyib As-Saamiriy yang mengatakan:
"Ma'rifat adalah hadirnya kebenaran Allah (pada Shufi)...dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan Nur Ilahi..."
c. Imam Al-Qusyairy mengemukakan pendapat Abdur Rahman bin Muhammad bin
Abdillah yang mengatakan:
"Ma'rigfat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan (dalam akal pikiran). Barangsiapa yang meningkat ma'rifatnya, maka meningkat pula ketenangan (hatinya)."
Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat sampai kepada tingkatan ma'rifat. Karena itu, Shufi yang sudah mendapatkan ma'rifat, memiliki tanda-tanda tertentu, sebagaimana keterangan Dzuun Nuun Al-Mishriy yang mengatakan; ada beberapa tanda yang dimiliki oleh Shufi bila sudah sampai kepada tingkatan ma'rifat, antara lain:
a. Selalu memancar cahaya ma'rifat padanya dalam segala sikap dan perilakunya. Karena itu, sikap wara' selalu ada pada dirinya.
b. Tidak menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran Tasawuf, belum tentu benar.
c. Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal itu bisa membawanya kepada perbuatan yang haram.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang Shufi tidak membutuhkan kehidupan yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar dapat menunjang kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT., sehingga Asy-Syekh Muhammad bin Al-Fadhal mengatakan bahwa ma'rifat yang dimiliki Shufi, cukup dapat memberikan kebahagiaan batin padanya, karena merasa selalu bersama-sama dengan Tuhan-nya.
Begitu rapatnya posisi hamba dengan Tuhan-nya ketika mencapai tingkat ma'rifat, maka ada beberapa Ulama yang melukiskannya sebagai berikut:
a. Imam Rawiim mengatakan, Shufi yang sudah mencapai tingkatan ma'rifat, bagaikan ia berada di muka cermin; bila ia memandangnya, pasti ia melihat Allah di dalamnya. Ia tidak akan melihat lagi dirinya dalam cermin, karena ia sudah larut (hulul) dalam Tuhan-nya. Maka tiada lain yang dilihatnya dalam cermin, kecuali hanya Allah SWT saja.
b. Al-Junaid Al-Bahdaadiy mengatakan, Shufi yang sudah mencapai tingkatan ma'rifat, bagaikan sifat air dalam gelas, yang selalu menyerupai warna gelasnya. Maksudnya, Shufi yang sudah larut (hulul) dalam Tuhan-nya selalu menyerupai sifat-sifat dan kehendak-Nya. Lalu dikatakannya lagi bahwa seorang Shufi, selalu merasa menyesal dan tertimpa musibah bila suatu ketika ingatannya kepada Allah terputus meskipun hanya sekejap mata saja.
c. Sahal bin Abdillah mengatakan, sebenarnya puncak ma'rifat itu adalah keadaan yang diliputi rasa kekagumam dan keheranan ketika Shufi bertatapan dengan Tuhan-nya, sehingga keadaan itu membawa kepada kelupaan dirinya.
Keempat tahapan yang harus dilalui oleh Shufi ketika menekuni ajaran Tasawuf, harus dilaluinya secara berurutan; mulai dari Syariat, Tarekat, Hakikat dan Ma'rifat. Tidak mungkin dapat ditempuh secara terbalik dan tidk pula secara terputus-putus.
Dengan cara menempuh tahapan Tasawuf yang berurutan ini, seorang hamba tidak akan mengalami kegagalan dan tidak pula mengalami kesesatan.
Akun FB Thoriqoh Naqsyabandiyah
Kemudian istilah ini dirumuskan definisinya oleh beberapa Ulama Tasawuf; antara lain:
a. Dr. Mustafa Zahri mengemukakan salah satu pendapat Ulama Tasawuf yang mengatakan:
"Marifat adalah ketetapan hati (dalam mempercayai hadirnya) wujud yang wajib adanya (Allah) yang menggambarkan segala kesempurnaannya."
b. Asy-Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Kadiriy mengemukakan pendapat Abuth Thayyib As-Saamiriy yang mengatakan:
"Ma'rifat adalah hadirnya kebenaran Allah (pada Shufi)...dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan Nur Ilahi..."
c. Imam Al-Qusyairy mengemukakan pendapat Abdur Rahman bin Muhammad bin
Abdillah yang mengatakan:
"Ma'rigfat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan (dalam akal pikiran). Barangsiapa yang meningkat ma'rifatnya, maka meningkat pula ketenangan (hatinya)."
Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat sampai kepada tingkatan ma'rifat. Karena itu, Shufi yang sudah mendapatkan ma'rifat, memiliki tanda-tanda tertentu, sebagaimana keterangan Dzuun Nuun Al-Mishriy yang mengatakan; ada beberapa tanda yang dimiliki oleh Shufi bila sudah sampai kepada tingkatan ma'rifat, antara lain:
a. Selalu memancar cahaya ma'rifat padanya dalam segala sikap dan perilakunya. Karena itu, sikap wara' selalu ada pada dirinya.
b. Tidak menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran Tasawuf, belum tentu benar.
c. Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal itu bisa membawanya kepada perbuatan yang haram.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang Shufi tidak membutuhkan kehidupan yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar dapat menunjang kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT., sehingga Asy-Syekh Muhammad bin Al-Fadhal mengatakan bahwa ma'rifat yang dimiliki Shufi, cukup dapat memberikan kebahagiaan batin padanya, karena merasa selalu bersama-sama dengan Tuhan-nya.
Begitu rapatnya posisi hamba dengan Tuhan-nya ketika mencapai tingkat ma'rifat, maka ada beberapa Ulama yang melukiskannya sebagai berikut:
a. Imam Rawiim mengatakan, Shufi yang sudah mencapai tingkatan ma'rifat, bagaikan ia berada di muka cermin; bila ia memandangnya, pasti ia melihat Allah di dalamnya. Ia tidak akan melihat lagi dirinya dalam cermin, karena ia sudah larut (hulul) dalam Tuhan-nya. Maka tiada lain yang dilihatnya dalam cermin, kecuali hanya Allah SWT saja.
b. Al-Junaid Al-Bahdaadiy mengatakan, Shufi yang sudah mencapai tingkatan ma'rifat, bagaikan sifat air dalam gelas, yang selalu menyerupai warna gelasnya. Maksudnya, Shufi yang sudah larut (hulul) dalam Tuhan-nya selalu menyerupai sifat-sifat dan kehendak-Nya. Lalu dikatakannya lagi bahwa seorang Shufi, selalu merasa menyesal dan tertimpa musibah bila suatu ketika ingatannya kepada Allah terputus meskipun hanya sekejap mata saja.
c. Sahal bin Abdillah mengatakan, sebenarnya puncak ma'rifat itu adalah keadaan yang diliputi rasa kekagumam dan keheranan ketika Shufi bertatapan dengan Tuhan-nya, sehingga keadaan itu membawa kepada kelupaan dirinya.
Keempat tahapan yang harus dilalui oleh Shufi ketika menekuni ajaran Tasawuf, harus dilaluinya secara berurutan; mulai dari Syariat, Tarekat, Hakikat dan Ma'rifat. Tidak mungkin dapat ditempuh secara terbalik dan tidk pula secara terputus-putus.
Dengan cara menempuh tahapan Tasawuf yang berurutan ini, seorang hamba tidak akan mengalami kegagalan dan tidak pula mengalami kesesatan.
Akun FB Thoriqoh Naqsyabandiyah